Call Us
085787679868

Email Us
info@nurulquranbogor.com

SALAH MEMBACA HARAKAT, BISA MERUBAH MAKNA?!

Bagikan:

Sebagaimana yang kita tahu, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun. Kita meyakini bahwa membaca Al-Qur’an merupakan ibadah dan bernilai pahala. Bahkan setiap satu huruf Al-Qur’an yang kita baca bernilai 10 kebaikan. Hal ini tercantum dalam hadits:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْن بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ الْحَنفِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بن عُثْمَانَ، عَنْ أَيُّوْبَ بن مُوْسَى، قَالَ: سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بن كَعْبٍ الْقُرْظِيَ يَقُوْلُ : سَمِعْتُ عَبْد الله بن مَسْعُودٍ يَقُولُ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: مَنْ قَرَأَ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الَمَ حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basyar] telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar Al Hanafi] telah menceritakan kepada kami [Adl dlahhak bin Utsman] dari [Ayyub bin Musa] ia berkata; Aku mendengar [Muhammad bin Ka’ab Al Quradli] berkata; Aku mendengar [Abdullah bin Mas’ud] berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur`an), maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan ALIF LAAM MIIM itu satu huruf, akan tetapi ALIF satu huruf, LAAM satu huruf dan MIIM satu huruf.’” (H.R. At-Tirmidzi no. 2910)

Wah, itu hanya satu huruf, lho! Lafaz basmalah ada 19 huruf, berarti membaca basmalah saja kita sudah bisa mendapat 190 kebaikan! Masya Allah…

Tapi, perlu kita ingat bahwa membaca Al-Qur’an tidak boleh asal-asalan dan sembarangan. Ada ketentuan yang mesti kita perhatikan. Ilmu-ilmu yang wajib kita pelajari untuk membaca Al-Qur’an, di antaranya ialah Ilmu Tajwid, Makharijul Huruf (tempat keluarnya huruf), Sifat Huruf, dan lain-lain. Oleh karena itu, setiap huruf dalam Al-Qur’an memiliki hak dan tempat pengucapannya masing-masing.

Tidak hanya itu. Hmm.. teman-teman tahu harakat, kan? Yap, ada 4 harakat yang sama-sama kita tahu, yaitu fathah, kasrah, dhammah, dan sukun. Huruf yang tertulis fathah, harus dibaca fathah. Huruf yang tertulis kasrah, harus dibaca kasrah. Tidak boleh salah dan tertukar. Wah, kok ribet banget, sih?! Harus segitunya, ya? Ini kan cuma perkara harakat aja! Yang penting kan hurufnya tidak salah.

Haha. Oke, jadi begini..

Penulis juga merupakan alumni santri Nurul Qur’an. Dulu.. saat penulis sedang talaqqi (sorogan) Al-Qur’an kepada salah satu guru, penulis salah menyebut harakat. Yang seharusnya dibaca dhammah, malah dibaca fathah. Seharusnya dibaca “Alhamdu”, malah dibaca “Alhamda”, misalnya. Sang guru yang menyimak bacaan penulis langsung menegur. Tidak boleh salah harakat, kata beliau. Penulis langsung membatin, “Hah? Emang kenapa kalau salah harakat? Kan cuma harakat.” Ujar diriku yang masih minim ilmu, hahaha.

Saat penulis duduk di bangku kuliah dan mempelajari ilmu “I’rabul Qur’an”, yaitu ilmu yang mempelajari harakat akhir dari huruf Al-Qur’an, ternyata harakat dalam Al-Qur’an juga harus diperhatikan. Karena salah mengucap harakat, bisa merubah makna! Bisa merubah terjemahannya! Wah, bahaya, lho!

Kita ambil contoh dari surah Fathir ayat 28, bunyinya :

… إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟…

“…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama…”

Kita fokus pada lafazh “ٱللَّهَ”-nya. Pada ayat tersebut, huruf ha pada lafazh Allah jelas tertulis dengan harakat fathah. Kalau kita membacanya sesuai, yaitu dengan harakat fathah, maka arti ayat tersebut ialah “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama…”. Maksudnya adalah hanya ulama (orang-orang yang berilmu)-lah yang takut pada Allah. Sedangkan orang yang jahil dan kafir tidak takut pada Allah, membangkang, dan tidak patuh pada perintah-Nya.

Tetapi…

Seandainya huruf ha pada lafazh ٱللَّهَ pada ayat tadi malah kita baca dengan harakat DHAMMAH menjadi ٱللَّهُ, maka arti ayatnya adalah “Allah TAKUT kepada hamba-hambaNya yang berilmu.”. Nah, lhooo?! Mustahil Allah punya rasa takut. Bukan mustahil lagi, tapi SANGAT mustahil. Apakah kita berani bertanggung jawab jika berkata “Allah takut kepada hamba-hambaNya yang berilmu”?

Teman-teman lihat, kan? Yang seharusnya dibaca fathah, tapi dibaca dhammah bisa merubah arti. Simple, but important. Jadi, persoalan harakat ini jangan disepelekan. Apa yang kita baca harus sesuai dengan apa yang sudah tertulis.

Kalau teman-teman bertanya, “kenapa salah harakat bisa merubah arti?”, karena ada ilmu nahwu yang berlaku disitu. Sederhananya, ilmu nahwu ini yang nantinya menentukan apakah kata tersebut menjadi fa’il (subjek) atau maf’ul (objek). Tentunya subjek dan objek ini 2 hal yang sangat berbeda, bukan? Subjek harus diposisikan sebagai subjek, begitu pula objek Umumnya, subjek berharakat dhammah, dan objek berharakat fathah. Tidak boleh tertukar. Itulah sebabnya kalau harakatnya salah, arti pun bisa berubah.

Lalu, mengapa membaca Al-Qur’an harus sedetail itu? Belum lagi pada persoalan tempat pengucapan huruf tadi. Kembali lagi pada paragraf pertama di artikel ini, yaitu Al-Qur’an adalah kalam Allah. Dinilai sangat mulia, suci, dan terhormat. Artinya, Al-Qur’an harus sangat dijaga kemurnian dan keasliannya. Tidak boleh berubah sedikitpun dari sejak awal ayat itu diturunkan hingga saat ini kita membacanya. Kewajiban kita-lah sebagai umat muslim harus menjaga Al-Qur’an, kitab suci yang kita jadikan pedoman dalam kehidupan.

Akhir kata, semoga kita selalu diberi kemudahan dalam mempelajari Al-Qur’an dan juga mengamalkan isi kandungannya. Aamiin.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top